Hakikat dari puasa adalah menahan diri (imsyak), baik
secara jasmani maupun rohani. Kata “puasa” (Sansekerta) dan memiliki arti yang
mirip sama dengan kata shawm (Arab), yang maknanya adalah pengendalian diri,
utamanya atas dorongan berlaku tamak.
Pengendalian diri
secara jasmani dengan tidak makan, minum dan melakukan hubungan suami istri
dari mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari, sehingga apabila dilakukan
akan membatalkan puasa, terkecuali jika lupa. Sedangkan secara rohani adalah
dari sifat iri, hasad, dengki, takabur, ghibah, dan sebagainya.
Agar ibadah puasa
yang kita jalankan, seperti diingatkan oleh Nabi Muhamamd Saw, tidak sekedar
“mendapatkan lapar haus dan dahaga”, maka sebagaimana tanaman, kita wajib untuk
merawat dengan sebaik-baiknya.
Beberapa amalan
utama yang dapat dilakukan untuk merawat puasa adalah; pertama, mengerjakan
qiyamulail, yakni salat taraweh selama bulan ramadhan. Silahkan pilih sesuai
keyakinan kita, apakah mau 11 atau 23 rakaat. Mau dikerjakan langsung setelah
salat isya atau pada sepertiga malam.
“Rasulullah Saw
menganjurkan (salat) qiyamu ramadhan kepada mereka (para sahabat), tanpa
perintah wajib. Beliau bersabda : Barangsiapa mengerjakan (salat) qiyamu
ramadhan karena iman dan mengharap pahala, niscaya diampuni dosanya yang lalu”
(HR. Bukhori Muslim)
Kedua, mengakhiri
makan sahur, supaya perut masih terasa kenyang dan badan tetap kuat, sehingga
tetap sehat selama menjalankan ibadah puasa. “Umatku dalam keadaan baik selama
mereka menyegerakan berbuka dan menta’khirkan sahur” (HR. Ahmad)
Ketiga,
menyegerakan berbuka puasa (ta’jil) dengan makanan dan minuman yang manis,
sebelum Salat maghrib. Sehingga menghilangkan lapar dan dahaga, untuk
menyegarkan kembali tubuh yang lemas karena berpuasa. “Orang akan selalu baik
(sehat) apabila menyegerakan berbuka” (Muttafaq’alaih).
Keempat, berdoa
ketika berbuka, sebagai wujud syukur karena telah selesai puasanya pada hari
tersebut. Lafalnya adalah : “Dzahabazh zhama’u wabtalatil ‘uruqu watsabatal
ajru insya Allah” hilanglah rasa haus, dan basahlah urat-urat (badan) dan insya
Allah mendapatkan pahala.
Kelima,
memperbanyak sedekah dan tadarus Alquran: memberikan makan kepada orang sedang
puasa, ketika adzan maghrib berkumandang. Ketika ditanya tentang sedekah yang
paling utama, Rasulullah Saw menjawab; “Sedekah di bulan Ramadhan” (HR. at
Tirmidzy).
Momentum ini
dimanfaatkan untuk membayar zakat. Sehingga berimplikasi meningkatnya perolehan
zakat, infak, sedekah, hibah dan wakaf dari setiap organisasi pengelola zakat,
yayasan sosial, maupun takmir-takmir masjid dan mushala.
Di samping itu,
merawat puasa dengan membaca dan mempelajari Alquran (tadarus), baik dilakukan
sendiri maupun secara bersama-sama. “Rasulullah Saw adalah orang yang paling
dermawan, apalagi pada bulan ramadhan, ketika ditemui oleh Malaikat Jibril pada
setiap malam pada bulan Ramadhan dan mengajaknya membaca dan mempelajari
Alquran. Ketika ditemui Jibril, Rasulullah Saw lebih dermawan daripada angin
yang ditiupkan (Muttafaq’Allaih)
Keenam,
mendekatkan diri kepada Allah dengan cara i’tikaf (berdiam diri) di masjid,
terutama pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, yakni dengan melakukan
amalan-amalan mulia, misalnya dengan berdzikir, membaca Alquran dan sebagainya.
Dari Umar r.a (diriwayatkan bahwa) ia berkata: “Rasulullah Saw selalu
beri’tikaf pada sepuluh hari yang penghabisan di bulan
Ramadhan“(Muttafaq’Allaih).
Semoga dengan
merawat puasa selama Ramadhan, insya Allah kita akan menjadi orang paling mulia
disisi Allah Swt, yakni mendapatkan derajat taqwa. Wallahu’alam
Oleh Faozan Amar
Direktur Al Wasath
Institute dan Dosen Studi Islam UHAMKA
(Sumber : http://saga-islamicnet.blogspot.com)
0 komentar:
Posting Komentar