Clock

#BERITA

Browse More

#ARTIKEL

Browse More

#RESENSI BUKU

Browse More

Selasa, 10 Juni 2014

Mendidik Anak Saleh, Berawal dari Orang Tua


Judul    :    Kado Istimewa untuk Ayah dan Bunda Mendidik Anak dari Kandungan hingga Dewasa
Penulis    :    Dr. Yasir Naser
Penerbit    :     Wafa Press, Klaten
Tahun Terbit    :     September, 2013
Halaman    :     X + 248 halaman

SETIAP orang tua menginginkan anaknya menjadi anak yang saleh. Sebagai gambaran dari keinginannya tersebut selalu melantunkan doa yang diajarkan di dalam al-Qur’an, "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Furqon: 74). Cukupkah hanya dengan membaca doa ini saja keinginan bisa tercapai? Atau seperti apakah sebenarnya memahami keinginan memiliki anak yang saleh lalu dikaitkan dengan doa tersebut?

Adalah Dr. Yasir Naser di dalam bukunya “ ‘Asyru Rasaail Likulli Abi wa Ummi”  yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Kado Istimewa untuk Ayah Bunda: Mendidik Anak dari Kandungan hingga Dewasa” menjawab pertanyaan tersebut. Di dalam buku ini, penulis menyatakan bahwa untuk memiliki anak yang saleh tak cukup hanya dengan melantunkan doa kepada Allah saja. Tapi yang mesti dilakukan terlebih dahulu adalah, dengan pembentukan diri dari kedua orang tua. Karena hal ini juga sudah dijelaskan oleh Allah SWT. di dalam al-Qur’an, bahwa tak akan terjadi perubahan tanpa ada perubahan dari diri sendiri. (QS. Ar-Ra’ad: 11)

Perubahan diri yang dimaksud bukan saja dalam tataran ibadah, tapi juga dalam tataran komunikasi keseharian di rumah antara suami dan isteri. Sebelum anak lahir, suami mesti memahami bahwa ia harus menyiapkan diri untuk membantu isteri mengurus rumah. Ketika anak lahir hingga menjadi menjadi balita lalu ia melihat kedua orang tuanya akur dan saling membantu, maka ini akan terekam dalam dirinya untuk menjadi orang yang baik.Demikian halnya dalam hal ibadah. Ketika anaknya menyaksikan kedua orang tuanya taat dalam beribadah, maka anak kelak akan menjadi orang yang taat ibadah. (hal. 16-18).

Selain itu, melalui buku ini juga penulis mengkritik keras perilaku orang tua yang kerap melarang anaknya, tapi ia sendiri tetap melakukan hal yang dilarang tersebut. Contohnya ketika orang tua melarang menonton tayangan dewasa di televisi tapi orang tua malah menonton di saat anak sedang jaga. Demikian hal juga, penulis mengkritik perlakuan orang tua dalam hal mendidik karakter anak yang diserahkan secara penuh kepada sekolah. (Hal. 15-16)

Buku ini sangat kaya informasi bagi para orang tua yang ingin mendidik anaknya. Bukan saja dari sisi kajian psikologis, tapi juga dari sisi kajian Al-Qur’an, hadis dan sejarah juga ikut disertakan oleh penulis. Misalnya saja, kisah seorang anak yang mengembala 10 ekor kambing, lalu Umar bin Khattab meminta dan bahkan berniat untuk membelinya. Namun karena bukan miliknya, anak tersebut tak mau menjualnya. Malah, ia menjawab permintaan Umar tersebut dengan berkata, “Jika sampai saya melakukannya, di mana Allah?” Mendengar jawab anak tersebut Umar menangis dan bahagia melihat keteguhan iman anak tersebut. (hal. 157-158) Tentu saja anak tersebut adalah anak hasil didikan orang tua yang saleh dan bertauhid kepada Allah.   

Buku ini dibagi oleh penulis menjadi 10 bagian yang diistilahkannya dengan 10 kado. Yaitu, menyambut kelahiran; 30 tips agar anak hafal al-Qur’an; Tips agar anak gemar shalat; Menumbuhkan jiwa kepemimpinan; 30 ide untuk memanfaatkan masa liburan; Para sahabat dan pendidikan anak; Memilih teman; Membentuk kepribadian anak; Anak-anak dan bulan Ramadhan; Agar anak senang berjilbab. Buku ini layak dimiliki oleh para orang tua, agar bisa mendidik anaknya menjadi anak yang saleh. Pasalnya tidak ada yang lebih berharga selain anak yang saleh yang kelak akan mendoakan orang tuanya selalu, baik saat masih hidup maupun telah tiada. Selamat membaca! (*)

Peresensi: Rahmat Hidayat Nasution, Anggota Komisi Infokom MUI Kota Medan

Sumber : http://analisadaily.com/

Rabu, 21 Mei 2014

Gunung yang Bergerak



“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.” [QS 27:88]

EMPAT belas abad abad lampau seluruh manusia menyangka gunung itu diam tidak bergerak. Namun dalam Al Qur’an disebutkan gunung itu bergerak.

Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.


Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.

Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.

Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.

Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:

Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)

Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah “continental drift” atau “gerakan mengapung dari benua” untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13)

Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur’an bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Qur’an.

Ada lagi tafsir yang menyatakan bahwa bumi bergerak laksana awan itu adalah bumi kita bergerak. Tidak diam sebagaimana sangkaan orang dulu dan juga kita saat ini sebelum kita dapat pencerahan oleh guru-guru kita. Ternyata bumi bergerak. Baik karena berputar di porosnya (Rotasi) dan juga karena mengelilingi Matahari (Revolusi). Bersama-sama Matahari, bumi juga bergerak mengelilingi jagad raya ini.(*)


Tidak ada sejarah yang lengkap


Judul Buku     : Sejarah Peradapan Islam
Penulis            : Dedi Supriyadi, M.Ag.
Penerbit         : CV Pustaka Setia
Tahun terbit   : 2008
Jumlah Hal     : 336 halaman
Tebal buku     : 16 x 23 cm
Resensator      : Rio Pamungkas
No. ISBN 979-730-928-2

 “ Tidak ada sejarah yang lengkap” terang sang penulis Dedi Supriyadi, M.Ag. dalam bukunya yang berjudul SEJARAH PERADABAN ISLAM. sang penulis mengatakan demikian agaknya bukan tanpa sebab karena memang kenyataannya kita hanya dapat mengalami suatu kejadian dari sebagian totalitas kejadian itu. Maka dari itu tak salah jika kita sering mendengar istilah sejarah berulang dan kita perlu belajar sejarah. Dua istilah terbutlah yang menjadi latar belakang penulis dalam mengungkap sejarah peradaban Islam baik secara subjektif maupun objektif.

Pada bagian awal buku ini pembaca akan diajak untuk memahami dan mengenal konsep sejarah, kebudayaan dan peradaban terlebih dahulu, mulai dari sejarah berdasarkan artian bahasa(etimologis) dan secara definisi makna(terminologis). Sejarah yang dalam bahasa Arab disebut tarikh memiliki berbagai macam definisi dan pemahaman yang beragam serta berbeda-beda dari para Ahli sejarah, seperti halnya perbedaan pendapat yang terjadi antara seorang sejarawan Gottschalk yang berpndapat bahwa sejarah tidak lebih dari sebuah rekaman peristiwa masa lampau manusia dengan segala sisinya, dengan Ibn. Khaldun yang berpandangan bahwa sejarah tidak hanya dipahami sebagai suatu rekaman peristiwa masa lampau, tetapi juga penalaran kritis untuk menemukan kebenaran suatu peristiwa pada masa lampau. Masih banyak lagi perbedaan pemahaman atas pemaknaan sejarah di dalam buku ini namun sedikit dapat ditarik kesimpulan bahwasannya buku ini mengartikan sejarah adalah sebagai suatu peristiwa pada masa lampau dengan unsur-unsur penting di dalamnya  seperti pelaku yaitu manusia, dan daya kritis dari peneliti sejarah. 

Berikutnya adalah apa itu kebudayaan, dari beberapa pengertian yang disuguhkan maka penjelasan yang dikutip dari buku The Wold Book Encyclopedia-lah yang kiranya paling rinci dan sistematik, dijelaskan bahwa kebudayaan adalah semua aktivitas manusia yang nyata termasuk prestasi dalam berbagai bidang, yang berlangsung dari suatu generasi manusia ke generasi berikutnya. Kebudayaan bermakna berbagai kegiatan yang menggunakan bahasa, menikah, membesarkan anak-anak, mencari nafkah, menjalankan pemerintah, berjuang dalam perang, dan ikut serta dalam berbagai kegiatan keagamaan. Ada juga yang mengatakan Kebudayaan adalah pandangan hidup sebuah masyarakat, kemudian yang lain juga mengatakan kebudayaan adalah serangkaian cara hidup pada sekelompok masyarakat tertentu. Sekarang tergantung bagaimana cara kita untuk memaknai apa itu sebuah kebudayaan, terlepas dari itu sekiranya setelah kita membaca beberapa pengertian kebudayaan dari buku ini sedikit bisa membandingkannya dengan kehidupan kita di masa sekarang ini, sudahkah cukup berbudaya ataukah belum, tentunya yang dimaksud dalam hal ini adalah sebuah kebudayaan islam yang baik dan benar.

Kebudayaan dan peradaban mempunyai makna berbeda namun saling berkaitan satu sama lain, dari sudut pandang ilmu Antropologi yang sudah berkembang sekarang, penulis dalam buku ini membedakan pengertian antara kebudayaan dan peradaban. Kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra, religi(agama), dan moral, sedang peradaban terefleksikan kedalam politik, ekonomi, dan teknologi. Ada banyak ahli sejarah yang sebelumnya mencoba membedakan dengan jelas antara kebudayaan dan peradaban seperti misalnya Koentjaraningrat yang membagi kebudayaan kedalam tiga wujud yaitu (1) wujud ideal, (2) wujud kelakuan, dan (3) wujud benda, dari ketiga wujud tersebut disimpulkan bahwa kebudayaan mencangkup juga peradaban, tetapi tidak sebaliknya.

Kemudian ada juga H.A.R. Gibb didalam bukunya yang berjudul Whither Islam menyatakan bahwa Islam sesungguhnya lebih dari  sekedar sebuah agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna. Namun dari berbagai macam pengertian yang dihadirkan oleh para ahli sejarah, tampaknya masih belum ditemukan sebuah perbedaan yang jelas dalam memaknai arti kebudayaan maupun peradaban, akan tetapi didalam buku ini penulis mencoba memberi sedikit gambaran ringkas dari pendapat Oswald Speengler yang dikutip samuel P. Huntington, bahwa kebudayaan adalah untuk menunjuk upaya-upaya manusia yang masih terus berlanjut(proses), sedangkan peradaban untuk menunjukkan titik akhir dari kegiatan mereka dimasa itu(hasil).
Setelah mengetahui konsep-konsep dasar dalam mempelajari dan memahami sebuah sejarah pembaca akan mulai diajak memasuki peristiwa-peristiwa yang ada dalam sejarah peradaban islam mulai dari Islam periode klasik, periode pertengahan hingga periode modern sekarang ini. Dari kisah dan peristiwa yang ada maka dapat dilihat bagai mana grafik naik turunnya peradaban Islam pada masa itu, seperti peradaban Islam pada masa Arab Pra-Islam, islam pada masa Nabi Muhammad SAW, berkembangnya Islam hingga menjadi negara besar pada masa Dinasti Bani Umayah, berkembang pesatnya ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Abbasiyah, islam pada masa lima khalifah besar dan khalifah-khalifah islam setelah itu hingga pada khalifah terakhir yaitu pada masa Abdul Majid II tahun1922-1924 M .

Islam dibawa dan disebarkan oleh salah seorang keturunan Quraisy, suku yang terkuat dan berpengaruh di Arab bernama Muhammad bin Abdullah. Sejak muda Muhammad sudah memiliki gelar al-aminyaitu orang yang tepercaya. Yatim piatu sejak berumur 6 tahun Muhammad tinggal beersama sanak saudaranya, mula-mula dengan kakeknya Abdul Muthalib, ia hidup bersama kakeknya kurang lebih 2 tahun karena Abdul Muthalib meninggal dalam keadaan yang memang sudah sangat renta, berikutnya ia diasuh oleh pamannya Abu Thalib.

Muhammad menjadi seorang Nabi kira-kira pada saat dirinya berumur 40 tahun. Ketika berumur 25 tahun Nabi Muhammad menikah dengan seorang saudagar wanita kaya raya yang sudah lama menjanda bernama Khadijah. Khadijah adalah seorang istri yang sangat disayanginya segaligus wanita pertama yang masuk Islam dan membantu Nabi Muhammad dalam menyebarkan Islam hingga akhir hayatnya. Islam muncul dan berkembang di sebuah masyarakat yang bisa dikatakan sangatlah rusak atau sering dinamakan sebagai zaman jahiliyah yaitu di kawasan Arab Mekah dimana mayoritas dari masyarakat adalah penyembah berhala. Sungguh bukan perkara yang mudah bagi seorang Muhammad yang mengemban misi risalah langit untuk mengubah keadaan yang sedimikian rupa. Sejak didapatnya petunjuk dari Allah melalui malaikat jibril tepatnya pada saat Nabi merenungi nasib kaumnya di dalam keheningan Gua Hira, Maka sejak itulah awal sejarah penyebaran dan perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam menegakkan ajaran Islam dimulai.

Kemunduran Islam terjadi mulai pada 1250-1500 M. Pada masa ini penyebab terbesar mundurnya era kejayaan Islam ialah karena serangan dari Jengis Khan dan keturun-keturunanannya yang datang dari Mongolia. Penyebab yang lain kemunduran Islam ialah pecahnya Islam menjadi kerajaan-kerajaan kecil, tidak adanya lagi khalifah yang diakui sebagai lambang persatuan umat Islam, serangan dari raja-raja kristen, terbaginya Islam kedalam dua golongan besar yaitu kaum Sunni dan kaum Syi’ah, adanya pengaruh tarikat-tarikat dan berkurangnya perhatian pada ilmu-ilmu pengetahuan.

Islam mulai beranjak bangkit kembali semenjak munculnya tiga kerajaan besar yaitu kerajaan Ustmani di Turki, Kerajaan Syafawi di Persia dan Kerajaan mughal di India. Akan tetapi kemajuan Islam pada periode kedua ini tampaknya cenderung pada aspek politik saja, perkembangan Islam di masa ini sangat kurang perhatiannya pada ilmu pengetahuan, berbeda dengan kemajuan Islam pada gelombang pertama yang merata pada semua aspek kehidupan. Diceritakan pula dalam di buku ini, bersamaan pada masa dimana Islam mencoba untuk bangkit kembali, bangsa Barat yaitu kawasan Eropa juga mulai bangkit terutama setelah terbukanya jalan ke pusat rempah-rempah dan bahan-bahan mentah di timur jauh, melalui Afrika selatan dan dijumpainya Amerika oleh Colombus pada tahun 1492 M akantetapi dibandingkan dengan kekuatan bangsa barat pada waktu itu, kekuatan islam masih lemah.

Islam periode modern terjadi di Turki setelah perang Dunia 1 yakni dibawah pimpinan mustafa Kemal dalam usahanya merombak sistim pemerintahan negara yang terpengaruhi oleh kekuasaan asing, kemudian pergolakan Mesir untuk melepaskan diri dari jajahan Inggris, Asia barat, Iran dengan tokoh terkenalnya Khomaeni, anak benua India khususnya pada wilayah India utara dan provinsi perbatasan barat laut India yang sekarang menjadi negara bagian pakistan, berikutnya adalah Eropa dengan minoritas muslimnya dngan semangat umat yang tinggi meski dengan berbagai macam tantangan juga peluang di negara yang mayoritas non-Muslim, dan yang terakhir dijelaskan dalam buku ini adalah perkembangan Islam di Amerika, namun proses masuknya Islam di Amerika sendiri masih bersifat spekulatif karena tidak ada teori yang tegas menerangkan tentang kronologis datangnya Islam ke Amerika.

Bagaimana mungkin sebuah peradaban besar yang mashur dan sangat berjaya dimasanya bisa hilang begitu saja dari sejarah tanpa meninggalkan pengaruh pada masa-masa sesudahnya, sesuatu hal yang  hampir tidak mungkin terjadi. Besar kecilnya pengaruh sebuah peradapan pada era atau masa sesudahnya ditentukan dari tinggi rendahnya nilai kebudayaan yang terdapat dimasa itu. Semakin tinggi nilai kebudayaan yang dibangun pada suatu peradaban maka semakin tajam dan jelas pula sejarah yang digoreskannya. Bukan hanya dari segi kebudayaan, semangat dan kemauan masyarakat pada suatu masa peradaban tertentu dalam menyebar luaskan wilayah maupun pengaruhnya pada dunia juga akan semakin memberi bekas yang nyata pada masa atau era selanjutnya ketika peradaban tersebut sudah berakhir atau tergantikan.

Demikian halnya dengan sejarah peradaban Islam, Islam tidak serta merta hadir tanpa suatu rangkaian peristiwa, akan tetapi peristiwa ini bukanlah sebuah cerita atau pun sekedar dongeng sebelum tidur, Islam bisa ada hingga saat ini dari awal sebuah titik perjalanan yang sangat lampau yaitu pada zaman Nabi Muhammad SAW seperti yang sudah dijelaskan di atas memiliki banyak momen dan kejadian penting yang harus dipelajari. Ada hal yang menyebabkan dan melatarbelakangi Islam sehingga begitu dikenal dan dianut sebagai salah satu Agama terbesar di Dunia. Lantas apa gerangan yang melatar belakangi Islam berkembang begitu pesat samapi pada era modern sekarang ini ?, tentu pembaca banyak sedikit sudah mulai paham setelah selesai membaca buku kecil namun memiliki keruntutan dalam penyampaiannya.

Buku ini seperti yang sudah dijelaskan di awal oleh penulis yakni “ Tidak ada sejarah yang lengkap”, menyajikan sejarah-sejarah islam dari awal hingga akhir dengan penuh kehati-hatian dan atas pertimbangan dari berbagaimacam metodelogi pendekatan serta referensi-referensi terpercaya. maka dirasa sudah saatnya kita sebagai manusia yang tinggal di era modern, pada peradaban terbaru saat ini untuk mengetahui semua kebenaran dari sebuah sejarah yang ada, tidak hanya mendengar desas-desus suatu peristiwa dan kemudian langsung mempercayainya, namun seperti apa yang sudah dilakukan penulis, paling tidak kita bisa mengambil hikmah serta kritis dalam menghadapi kenyataan yang ada khususnya bagi kita umat Islam itu sendiri.



Sabtu, 10 Mei 2014

Apotek K-24 Jl Wonosari, Semakin Komplit dengan PIK Pusat Zakat

SESUAI dengan namanya, salah satu gerai Apotek K-24 yang berada di Jl Wonosari Yogyakarta memang merupakan sebuah apotek yang sangat komplet/lengkap ketersediaan obarnya. Obat apa saja bisa ditemui di sini, termasuk obat-obat yang harus menggunakan resep dokter. Apotek ini juga memberikan pelayanan total, selama 24 jam. Apotek tersebut kini juga semakin komplit dengan keberadaan kotak amal Pusat Infak Kemanusiaan (PIK) Pusat Zakat di sana.



Apotek K-24 Jl Wonosari tepatnya berada di Jl Wonosari Km 7,5 Banguntapan Bantul Yogyakarta. Sebuah jalan utama membujur dari timur ke barat yang menghubungkan kota Yogyakarta dengan Wonosari. Sehari-harinya jalan ini sangat padat dilalui kendaraan roda dua maupun empat dari timur ke barat atau sebaliknya. Kepadatan terjadi terutama pada jam-jam berangkat dan pulang kerja.

Apotek Komplet Plus
Kelengkapan obat yang ada di apotek K-24 Jl Wonosari merupakan keunggulan tersendiri yang dimiliki apotek tersebut, dibandingkan apotek-apotek lain di sekitarnya. Orang yang membutuhkan suatu obat dan tidak ingin kecewa karena ketiadaan atau kehabisan stok, tentu akan datang ke sana. Termasuk juga bagi mereka yang membutuhkan obat khusus berdasarkan resep dokter, tidak akan ragu untuk mendapatkannya di sana.

Bahkan manakala suatu obat ternyata dibutuhkan pada jam 00.00 dini hari, Apotek K-24 Jl Wonosari juga tetap saja siap melayani. Pada jam tersebut tentu saja apotek-apotek lain sudah lama tutup. Tetapi di Apotek-K-24 tetap buka dan siap memberikan pelayanan terbaik untuk konsumen.

Posisi strategis apotek ini yang berada di Jl Wonosari membuatnya semakin banyak menarik minat konsumen untuk datang. Mereka yang setiap hari mondar-mandir di jalan ini ketika membutuhkan membeli obat, maka tanpa perlu berpikir panjang segera membelokkan kendaraan ke sana. Turun dari kendaraan, beberapa langkah saja sudah bisa masuk ke apotek dan mendapatkan obat yang dibutuhkan.

Kekomplitan apotek ini menjadi semakin sempurna (komplit plus) melalui sinerginya dengan Pusat Zakat. Bukan hanya sibuk dengan aktivitas bisnis, Apotek K-24  ini juga turut memberikan kontribusi dalam kerja-kerja sosial kemanusiaan. Sinerginya dengan Pusat Zakat direalisasikan melalui penempatan kotak amal Pusat Infak Kemanusiaan (PIK) Pusat Zakat di sana. Keberadaan kotak amal ini, menjadi semacam bentuk fasilitas atau pelayanan tambahan yang dimiliki apotek tersebut.

Dengan keberadaan kotak amal ini, Apotek K-24 Jl Wonosari memberikan kesempatan kepada konsumen yang belanja obat sekaligus ingin beramal. Mereka yang setelah belanja obat ingin beramal tinggal memasukkan donasinya di sana. Dana yang terkumpul nantinya akan dipercayakan kepada Pusat Zakat untuk pengelolaannya.

Sobat Sehat Kita-Kita
Apotek K-24 di Jl Wonosari ini merupakan apotek waralaba atau sering dikenal dengan franchise. Apotek K24 apotek asli Indonesia yang pertama di waralabakan. Dari situ bisa dilihat bahwa apotek ini tidak berdiri sendiri, apotek K24 memiliki banyak cabang di Indonesia. Apotek K24 ini hanya menawarkan sepenuhnya murni usaha apotek,maksudnya disini apotek K24 tidak menerima adanya praktek dokter dan jumlah karyawan di apotek ini tidaklah sedikit, dalam satu gerai apotek K24 memiliki paling banyak 25 orang karyawan.

Tidak mengalah pada persaingan dan kejenuhan pasar dengan terus berinovasi menjadikan Apotek K-24 selalu berada satu langkah di depan. Menerapkan strategi bisnis yang baru menjadi salah satu cara mendobrak kejenuhan tersebut. Dengan menciptakan tagline baru yang lebih representatif Apotek K-24 jadi lebih friendly terhadap konsumennya.

Target menambah 40 gerai apotek tiap tahunnya yang dilakukan oleh Apotek K-24 sebagai pelopor waralaba apotek menjadi tolak ukur bahwasanya bisnis yang bergerak di bidang kesehatan ini masih memberi angin segar. Meskipun kecenderungan pasar menunjukkan tanda-tanda kejenuhan. Kendati demikian nyatanya Apotek K-24 tetap mampu membuka gerai hingga 260 yang tersebar di seluruh kota besar di Indonesia. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari upaya Apotek K-24 memberikan pelayanan optimal baik bagi konsumen maupun mitra kerja.

Fasilitas yang kami berikan kepada konsumen seperti menjamin keaslian obat juga menjadi keunggulan kami di tengah sesaknya persaingan bisnis apotek. Ditambah harga obat yang relatif terjangkau membuat masyarakat golongan bawah tetap bisa mendapatkan kualitas obat yang baik tanpa menguras kantong mereka.

Menghadapi persaingan sehat sesama kompetitor waralaba apotek, telah menyiapkan cara jitu selain terus memperbaiki sistem waralaba yang selama ini sudah berjalan. Inovasi adalah jalan lain untuk bersaing dengan kompetitor. Namun inovasi pada bidang bisnis apotek tidak seperti industri kreatif yang dituntut menciptakan produk baru yang lebih canggih. Apotek K-24 berinovasi lewat tagline yang lebih representatif. Tagline tersebut sengaja diluncurkan untuk memberi gambaran yang lebih tepat mewakili visi dan misi Apotek K-24 yang terbaru. Tagline ini juga diciptakan agar lebih mudah dicerna maknanya oleh konsumen. Ini dimaksudkan sebagai langkah pendekatan terhadap konsumen yang menjadi perhatian utama Apotek K-24.

Jika sebelumnya mengusung tagline “Bisnis Bagus Tahan Krisis” yang lebih ditujukan untuk meyakinkan mitra agar bekerjasama dimana Apotek K-24 membuktikan jati dirinya tetap berkibar di tengah banyaknya bidang usaha lain yang terancam gulung tikar sekitar tahun 2005. Tahun 2011 ini Apotek K-24 menambahkan tagline baru sebagai penyempurnaan logo berupa “Sobat Sehat Kita-Kita” yang lebih ditujukan kepada konsumen sebagai pembeli langsung produk-produk Apotek K-24.

“Tagline baru ini sebagai upaya memberikan gambaran lebih nyata kepada konsumen seperti apa Apotek K-24 ini. Artinya bisa dikatakan sebagai sosok yang selalu ada saat dibutuhkan, menggambarkan ketersediaan obat yang relevan juga pelayanan 24 jam non stop dan dekat.(*)


Cara Bersyukur Kepada Allah

MENSYUKURI nikmat Allah adalah merupakan kewajiban kita sebagai manusia dan juga hambaNya. Karena memang nikmat Allah yang diberikan kepada kita amatlah banyak dan tak mungkin kita bisa menghitung nikmat-nikmat Allah tersebut. Dan nikmat terbesar bagi kita dari Allah Ta'ala adalah nikmat iman dan juga nikmat Islam ini. Dam semoga kita bisa bersyukur kepada Allah atas semuanya ini.
Mensyukuri karunia nikmat Allah harus berupa pengakuan hati kepada Kebesaran dan Keagungan Allah dalam sikap dan tindakan nyata,berupa membantu hajat hidup orang-orang yang dalam kesempitan, menghibur orang-orang yang dalam kesedihan, orang yang terkena musibah, membantu mereka yang membutuhkan pertolongan,menyantuni anak-anak yatim dan badan-badan amal lainnya. 



Janganlah berdalih tidak mampu sementara rizki terus mengalir masuk, penuhilah telapak tangan fakir miskin yang sedang mengulas dada tipisnya karena ketiadaan makanan hingga kelaparan berkepanjangan,ceritakanlah, kabarkanlah dan sebarkanlah kepada orang lain betapa nikmat Allah yang telah kita rasakan, ulangilah berkali-kali syukur ini kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala.

Realisasi rasa syukur kepada Allah tersebut, bukanlah suatu perbuatan yang sia-sia,tapi dengan demikian akan mempertebal Iman dan Takwa kepada Maha Pencipta, dan yang terpenting kita akan terhindar dari murka dan siksaan Allah seperti FirmanNya dalam Al-Qur'an surat Al-An’am ayat 46 yang berbunyi: Artinya: “Katakanlah, terangkanlah kepadaKu jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan kepadamu? Perhatikanlah bagaimana (Kami) berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami) kemudian mereka tetap berpaling juga."

Arti syukur dalam harfiah bahasa adalah merupakan pujian bagi orang yang memberikan kebaikan, atas kebaikannya tersebut (Al Jauhari). Sedangkan pengertian bersyukur dalam agama bahwa syukur adalah menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya. Dengan melalui lisan, yaitu berupa pujian dan mengucapkan kesadaran diri bahwa ia telah diberi nikmat. Dengan melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah. Melalui anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah"(Madarijus Salikin, 2/244). Ini adalah pengertian syukur menurut Ibnul Qayyim. Dan 3 hal di atas adalah cara mensyukuri nikmat Allah atas diri kita.

Cara mensyukuri nikmat Allah yang diberikan kepada kita yaitu dengan :
1.       Mensyukuri nikmat Allah dengan melalui hati. Cara bersyukur kepada Allah dengan hati ini maksudnya adalah dengan mengakui, mengimani dan meyakini bahwa segala bentuk kenikmatan ini datangnya hanya dari Allah SWT semata.
2.       Mensyukuri nikmat Allah dengan melalui lisan kita. Caranya adalah dengan kita memperbanyak ucapan alhamdulillah (segala puji milik Allah) wasysyukru lillah (dan segala bentuk syukur juga milik Allah).
3.       Mensyukuri nikmat Allah dengan perbuatan kita. Yaitu perbuatan dalam bentuk ketaatan kita menjalankan segala apa yang diperintah dan menjauhi segala apa yang dilarangNya. PerintahNya termasuk segala hal yang yang berhubungan dalam rangka menunaikan perintah-perintah Allah, baik perintah itu yang bersifat wajib, sunnah maupun mubah.
Marilah kita memohon kehadirat Allah Subhannahu wa Ta'ala semoga Allah menjauhkan kita dari perbuatan kufur nikmat dan memberikan limpahan karunia agar kita tetap termasuk dalam golongan yang sedikit yakni golongan orang-orang yang tahu mensyukuri nikmatNya...aamiin...aamiin.

Satu hal lagi yang lebih membesarkan hati kita yakni adanya jaminan Allah Subhannahu wa Ta'ala bagi hambaNya dengan firmanNya dalam Al-Qur'an Surat Ibrahim ayat 7: Yang Artinya: “Jika kalian bersyukur niscaya Aku tambahkan bagimu beberapa kenikmatan, dan jika kamu sekalian mengingkarinya ingatlah siksaKu sangat pedih.”(*)


Rabu, 07 Mei 2014

Buku Pintar Sejarah Islam : Jejak Langkah Peradaban Islam dari Masa Nabi Hingga Masa Kini









Judul
Buku Pintar Sejarah Islam : Jejak Langkah Peradaban Islam dari Masa Nabi Hingga Masa Kini  
No. ISBN
9786021791950 
Penulis
Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A. Saleh 
Penerbit
Tanggal terbit
Januari - 2014 
Jumlah Halaman
1218 
Berat Buku
-
Jenis Cover
Soft Cover 
Dimensi(L x P)
-
Kategori
Sejarah Agama 
Bonus
Text Bahasa
Indonesia ·
Lokasi Stok
gudang penerbit http://www.bukukita.com/images/help3.gif



Peristiwa-peristiwa Penting dalam Sejarah Islam sejak Kelahiran Nabi Muhammad hingga Abad ke-21; Sejak April 571 M–Juli 2005 M; Sejak Kemunculan dan Kedigdayaan Khilafah Islam hingga Keruntuhannya
Sejarah adalah ingatan. Ia merekam bagaimana bangsa-bangsa mengalami kemajuan dan kemunduran; bagaimana negara-negara berdiri dan jatuh; bagaimana dakwah-dakwah gagal dan berhasil; bagaimana peradaban-peradaban tumbuh dan runtuh; bagaimana para pemimpin tampil gemilang dan hilang.

Seperti itulah yang akan kita saksikan tentang Islam dalam karya ini.

Buku ini memaparkan sejarah Islam dan menjelaskannya dari sudut pandang Islam: sejak masa Nabi Muhammad, Khalifah Empat, Dinasti Umayah, Dinasti Abbasiyah, hingga masa kini; sejak muncul di Makkah hingga merekah di penjuru dunia. Tak hanya menyuguhkan catatan manis saat Islam tampil sebagai kekuatan yang mewarnai peradaban dunia, tapi juga saat Islam sebagai kekuatan politik mengalami kemunduran dan paceklik. Bagaimana Islam berkonfrontasi atau berasimilasi secara alami dengan bangsa dan budaya lain.

Lebih dari itu, melalui buku ini, kita tak hanya diajak menengok masa lalu, tapi menjadikan masa lalu sebagai cermin, memilah dan memilih yang relevan untuk menafsirkan masa kini dan untuk menjadi pijakan membangun masa depan. Sebab, sejarah tak hanya memaparkan peristiwa, tapi juga menjejakkan makna.

Dikemas dalam deskripsi ringkas, inilah karya yang memudahkan kita mengetahui berbagai peristiwa sejarah dalam Islam dan mengingatnya dengan mudah.
(Sumber: www.bukukita.com)


Senin, 05 Mei 2014

Keajaiban Al Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Modern

Benar kiranya jika Al Qur’an disebut sebagai mukjizat. Bagaimana tidak, ternyata ayat-ayat Al Qur’an yang diturunkan di abad ke 7 masehi di mana ilmu pengetahuan belum berkembang (saat itu orang mengira bumi itu rata dan matahari mengelilingi bumi), sesuai dengan ilmu pengetahuan modern yang baru-baru ini ditemukan oleh manusia.
Sebagai contoh ayat di bawah:
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” [Al Anbiyaa:30]
Saat itu orang tidak ada yang tahu bahwa langit dan bumi itu awalnya satu. Ternyata ilmu pengetahuan modern seperti teori Big Bang dan teori ilmiyah lainnya menyatakan bahwa alam semesta (bumi dan langit) itu dulunya satu. Kemudian akhirnya pecah menjadi sekarang ini.
Kemudian ternyata benar segala yang bernyawa, termasuk tumbuhan bersel satu pasti mengandung air dan juga membutuhkan air. Keberadaan air adalah satu indikasi adanya kehidupan di suatu planet. Tanpa air, mustahil ada kehidupan. Inilah satu kebenaran ayat Al Qur’an.
Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur’an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (Al Qur’an, 21:33)
Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu:
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Al Qur’an, 36:38)

Langit yang mengembang (Expanding Universe)

Dalam Al Qur’an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (Al Qur’an, 51:47)
Menurut Al Qur’an langit diluaskan/mengembang. Dan inilah kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.
Menurut Stephen Hawkings dengan teori Big Bang, sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Teori lain seperti Inflationary juga berpendapat jagad raya terus berkembang. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.
Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus “mengembang”.
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.
Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi.(*)

Jumat, 02 Mei 2014

Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa

Judul Buku      : 99 Cahaya di Langit Eropa: Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa
Penulis            : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra
Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit    : Jakarta 2011
Tebal Halaman : 412
Peresensi        : Raisa ‘Amiyatul Hijriani


          99 Cahaya di Langit Eropa: Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa merangkum seluruh perjalanan spiritual Hanum Salsabiela Rais bersama sang suami Rangga Almahendra selama lebih dari tiga tahun di Eropa. Petualangan ini telah membawa Hanum kepada titik nol yang selama ini ia cari. Dari perjalanan ini pulalah beliau menemukan banyak hal yang telah dilupakan generasi muslim masa kini bahwasanya peradaban Islam pernah menerangi Bumi Eropa dengan cahayanya yang terang benderang, dimana agama dan ilmu pengetahuan berjalan beriringan, dan dimana semua agama dapat menjalankan ibadahnya masing-masing dengan aman serta hidup berdampingan satu sama lain dibawah naungan kekuasaan bernama Islam.

        Hanum, putri dari Bapak Amien Rais ini, dan suaminya, Rangga, berhasil menguraikan secara detail dengan gaya bahasa yang ringan dan mudah dimengerti cerita terselubung dibalik peninggalan-peninggalan sejarah peradaban Islam yang terhampar luas di Eropa. Dengan bekal pemahaman dan pengalaman yang dimiliki, mereka mampu membuka mata para pembaca dengan fakta-fakta tersembunyi dibalik peninggalan-peninggalan sejarah tersebut yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Hanum dan Rangga mampu mengisi relung hati para pembacanya, menyajikan kata demi kata dengan sangat menarik, menggetarkan perasaan, dan mengalirkan ruh Islam dalam nadi, membuat siapapun yang membaca novel ini jatuh cinta lagi terhadap Islam.

        Kisah petualangan yang ditulis berdasarkan pengalaman nyata Hanum dan Rangga ini dimulai ketika Rangga mendapatkan beasiswa studi doktoralnya di Wina, Austria. Tidaklah mudah bagi mereka mengenal orang-orang baru dengan budaya yang sangat jauh berbeda dari budaya Indonesia. Berbagai polemik mereka hadapi ketika segalanya harus dihubungkan dengan rasionalitas. Betapa sulitnya menjelaskan mengapa mereka harus meninggalkan pekerjaannya hanya untuk beribadah lima waktu, mengapa mereka tidak memakan babi, dan ketika keeksistensian Tuhan dipertanyakan. Menjadi minoritas dikalangan mayoritas atheis, dimana orang tidak percaya keberadaan Tuhan, justru lebih sulit dibandingkan dengan menjadi minoritas dari agama yang lain.

       Namun, disinilah iman mereka diuji. Mereka tertantang untuk menjadi agen muslim yang baik dengan selalu bersabar terhadap semua perlakuan tidak menyenangkan yang mereka dapat ketika sulitnya melakukan ibadah, mengenakan hijab ditempat umum, membawa bekal makanan halal ke tempat kerja, dan penghinaan terhadap simbol kekuasaan Islam pada masa lampau yang didengar dari turis-turis lain. Seperti yang mereka yakini, mengalah itu tidak kalah melainkan menang secara hakiki. Kekuatan iman inilah yang mengantarkan mereka mengenal saudara-saudari muslim barunya disana dan membawa kaki-kaki mereka melangkah menuju Bumi peradaban Islam yang tersebar di Eropa.

      Dari kelas kursus bahasa Jermannya Hanum mengenal Fatma Pasha, seorang wanita muslim berhijab berkewarganegaraan Turki. Fatmalah yang kemudian membawa Hanum memulai ekspedisinya di Eropa. Dimulai dari bukit Kahlenberg, di Wina, Austria yang menjadi saksi bisu penyerangan Islam Ottoman Turki dibawah pimpinan Kara Mustafa Pasha tiga ratus tahun silam, Dinasti yang terkenal pernah merebut ibu kota kerajaan Romawi Byzantium di Konstatinopel. Pasukan Turki yang saat itu sudah mengepung dan hampir mengusai kota Wina, berhasil dipukul balik oleh pasukan gabungan Jerman dan Polandia di bukit tersebut. Di Wien Stadt Museum atau Museum Kota Wina, lukisan Kara Mustafa yang bagi rakyat Austria adalah seorang pembunuh terpampang. Disanalah Hanum mengetahui bahwa Fatma merupakan keturunan Kara Mustafa Pasha.

       Ada dua hal menarik yang dapat diambil disini. Pasukan Turki kala itu meninggalkan bukti sejarah di bukit Kahlenberg, yaitu biji-biji kopi Turki yang kini lebih dikenal orang berasal dari Italia, Cappucino. Dari Istana dan Museum Schoenbrunn pula, Hanum mengetahui bahwa roti Croissant, yang sering disuguhkan oleh Maria Antoinette, putri dari Ratu Austria, setelah menikah dengan Raja Prancis kepada para tamunya, bukanlah berasal dari Prancis melainkan roti yang dibuat oleh orang-orang Austria sebagai simbol untuk merayakan kekalahan Turki di Wina karena bentuk bulan sabitnya yang melambangkan Turki tersebut.

       Pemandangan ironis dapat dilihat disekitaran Masjid Vienna Islamic Centre yang terletak persis didepan Sungai Danube, dimana banyak sekali orang-orang berbaju minim berjemur dibawah terik matahari kota Wina. Sungguh menarik mengetahui fakta bahwa dibalik keironiannya justru hidayah itu turun. Banyak dari mereka yang sering berjemur atau sekadar bersantai disekitar Sungai Danube mengucapkan syahadatnya di masjid tersebut. Inilah bukti kekuasaan Allah SWT.

      Di Prancis, Hanum dan Rangga mengenal Marion Latimer, bule Prancis yang menjadi mualaf karena kekagumannya terhadap Napoleon Bonaparte. Dari semua perjalanan Hanum dan Rangga, mungkin inilah yang paling menggugah sanubari. Tokoh Marion, seorang peneliti ahli dibidang Sejarah Studi Islam Abad Pertengahan yang juga bekerja di Arab World Institute Paris ini mengingatkan kita pada film the Da Vinci Code. Ia mampu menguak sejarah dengan penjelasan yang sangat logis. Seolah Hanum ‘dipaksa’ berpikir lebih jauh mengenai fakta yang ada didepannya.

        Mulai dari Museum Louvre, museum terlengkap didunia dimana terpampang lukisan karya Leonardo Da Vinci yang terkenal, Mona Lisa. Sebuah inskripsi arab pseudo kufic kalimat tauhid laa ilaa ha illallah menjuntai indah di hijab Bunda Maria yang tengah menggendong bayi Yesus. Kemudian berlanjut ke Arc de Triomphe du Carrousel dengan gerbangnya mengahadap ke Timur yang dibangun Napoleon setelah ekspedisinya ke Mesir serta bangunan-bangunan lain yang sengaja dibuat membentuk garis imajiner lurus Axe Historique atau Voie Triomphale yang berarti ‘Jalan Kemenangan’ yang jika ditelusuri mengarah ke kiblat di Mekkah. Ya, Mekkah, Jalan Kemenangan.

       Mungkin banyak orang akan mengatakan fakta-fakta tersebut terlalu memaksakan. Tapi, kalaupun bukan kalimat laa ilaa ha illallah yang terukir di hijab Bunda Maria dan Napoleon tidak pernah memeluk islam, satu fakta tak terbantahkan yaitu peradaban islam pernah menancapkan pengaruhnya di benua Eropa. Dan satu hal pula yang tidak bisa dipungkiri oleh sejarah bahwa Jendral Jacques Francois Menou, tangan kanan Napoleon yang menemaninya dalam ekspedisi ke Mesir tersebut telah mengikrarkan dua kalimat syahadat.

       Hanum dan Rangga banyak mengisahkan berdirinya masjid-masjid dan gereja-gereja besar di Eropa. Seperti Le Grande Mosque de Paris atau Masjid Besar Paris yang menggambarkan fungsi masjid bukan sekadar untuk beribadah, tapi juga berdiskusi, bersilaturahmi, berdagang, dan kegiatan lainnya karena Islam tidak mengenal benturan sains dan agama sebagaimana Eropa pada masa kegelapan. Masjid ini dibangun untuk mengenang gugurnya tentara muslim pada PD I dan pernah menyelamatkan ratusan Yahudi dari kejaran Nazi.

       Gereja Notre Dame memiliki tiga pintu masuk yang berbentuk kubah lengkung ogive atau kurva lancip, terinspirasi oleh gerbang masjid seperti Masjidil Haram yang jumlahnya selalu ganjil. Ada juga gereja St.Charles yang bergaya baroque, memiliki atap berbentuk kubah raksasa seperti kubah masjid. The Mosque Cathedral atau Mezquita di Cordoba, Spanyol, merupakan masjid yang berubah menjadi gereja. Terdapat sisa-sisa ukiran ayat-ayat Al-Quran yang sudah dihancurkan dan bahkan mihrabnya pun dibatasi jeruji besi.

       Cordoba yang saat itu dikenal sebagai the City of Lights, kota pertama di Eropa yang dibangun oleh imperium Islam terkenal bukan karena hebat dibidang ilmu pengetahuannya saja, tapi juga keharmonisan perbedaan pemeluk agama Islam, Kristen, dan Yahudi dibawah Islam. Disana pulalah lahir para tokoh filsuf dunia seperti Maimonides, Averroes atau Ibnu Rushd, Ibnu Sina yang lebih dikenal dengan nama Avicenna, juga Al Farabi, dan masih banyak nama lainnya. Kejayaan Islam di Spanyol saat itu berakhir di Granada. Alhambra-lah yang menjadi benteng terakhir pertahanan umat Islam. Ratu Isabella dan Ferdinand kala itu berhasil mengambil alih Granada dan membabtis semua warga Islam dan Yahudi, memaksa menggantung babi didepan rumah dan memakannya sebagai bukti kesetiaan.

        Di Istanbul, atau Islambol, atau New Rome, atau Constatinopel hati Hanum bergejolak ketika melihat empat buah medalion raksasa bertuliskan Allah dan Muhammad mengapit gambar Bunda Maria memangku Yesus di Hagia Sophia, gereja Kristen Orthodok yang kemudian diubah menjadi masjid, dan pada masa Mustafa Kemal Ataturk diubah menjadi museum. Berbeda dengan Mezquita, lukisan Yesus dan Bunda Maria di Hagia Sophia saat diubah menjadi masjid dibiarkan saja dan hanya ditutupi kain. Ada juga Blue Mosque, Topkapi Palace, dan Jembatan Bosporus yang semakin menambah keindahan Istanbul. Pengalaman menyenangkan saat membaca novel ini adalah ketika membayangkan melewati jembatan tersebut. Sungai dibawahnya yang mengalir dari selat Bosporus, membelah Asia dan Eropa.

     Perjalanan ini berakhir di Mekkah. Membawa Hanum kepada titik nol yang selama ini ia cari, perjalanan untuk kembali kepada Tuhan. Sayangnya, bagian dimana Hanum, sang penulis mendapatkan hidayah-Nya untuk mengenakan hijab terlewatkan oleh novel ini. Rasanya akan lebih lengkap jika bagian itu disertakan sehingga Insya Allah dapat menjadi hidayah bagi para pembacanya juga.

       Banyak pelajaran yang bisa diambil dari novel ini. Nuansa yang dibawa oleh penulis banyak mengangkat kebesaran Islam namun tetap dengan melihat realita dari kacamata masa kini. Betapa canggihnya muslim kala itu mampu menyebarkan pengaruhnya melalui kata-kata mutiara dalam Arab Kufic yang disukai para Raja. Inilah gambaran Islam yang sesungguhnya. Bukan dengan jalan yang salah, bukan melalui teori belaka, tapi melalui praktik langsung. Islam yang damai.

      Isu terbesar yang diangkat oleh novel ini adalah kejayaan Islam. Islam pernah menjadi bagian penting bagi sendi-sendi kehidupan di tanah Eropa. Dan sejarah akan tetap menjadi fakta. Sejarah juga bukan melulu soal siapa yang menang dan siapa yang kalah, siapa yang menyakiti dan siapa yang tersakiti. Tapi pelajaran apa yang bisa kita ambil darinya agar kelak kita manusia tidak jatuh kedalam kesakitan sejarah yang sama.

      Novel ini memberikan pesan kepada kita para muslimin bahwa untuk menghapus kebencian antar manusia, antar agama, adalah dengan menjadi agen muslim yang baik, yang bangga menjadi seorang muslim dengan mengetahui sejarahnya. Seperti yang dikatakan oleh Fatma dan ditulis oleh Hanum dan Rangga dalam novel ini, kita harus bangga terlahir sebagai muslim karena memahami, meresapi, mengenal, menyentuh, merasakan, dan mencintai Islam bukan karena paksaan orang lain. Perbedaan terjadi bukan karena Tuhan tidak bisa menjadikan kita sama, tapi Tuhan Maha Tahu jika kita semua sama maka tidak ada lagi keindahan hidup bagi manusia.

      Novel ini dilengkapi dengan desain peta setiap Negara yang dikunjungi dan foto-foto menarik yang mendukung isi cerita serta jejak kronologis sejarah peradaban Islam di Eropa dari abad ke abad. Sangat sayang jika terlewatkan oleh Anda


KISAH PERJALANAN HIDUP IMAM MUSLIM

Nama lengkapnya ialah Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al Qusyairi an-Naisaburi. Ia juga mengarang kitab As-Sahih (terkenal dengan Sahih Muslim). Ia salah seorang ulama terkemuka yang namanya tetap dikenal hingga kini. Ia dilahirkan di Naisabur pada tahun 206 H. menurut pendapat yang sahih sebagaimana dikemukakan oleh al-Hakim Abu Abdullah dalam kitabnya ‘Ulama’ul Amsar.*



Kehidupan untuk Mencari Ilmu 
Ia belajar hadits sejak masih dalam usia dini, yaitu mulai tahun 218 H. Ia pergi ke Hijaz, Irak, Syam, Mesir dan negara-negara lainnya.

Dalam perjalannanya Imam Muslim banyak mengunjungi ulama-ulama kenamaan untuk berguru hadits kepada mereka. Di Khurasan, ia berguru kepada Yahya bin Yahya dan Ishak bin Rahawaih; di Ray ia berguru kepada Muhammad bin Mahran dan Abu ‘Ansan. Di Irak ia belajar hadits kepada Ahmad bin Hanbal dan Abdullah bin Maslamah; di Hijaz belajar kepada Sa’id bin Mansur dan Abu Mas’Abuzar; di Mesir berguru kepada ‘Amr bin Sawad dan Harmalah bin Yahya, dan kepada ulama ahli hadits yang lain.

Muslim berkali-kali mengunjungi Baghdad untuk belajar kepada ulama-ulama ahli hadits, dan kunjungannya yang terakhir pada 259 H. di waktu Imam Bukhari datang ke Naisabur, Muslim sering datang kepadanya untuk berguru, sebab ia mengetahui jasa dan ilmunya. Dan ketika terjadi fitnah atau kesenjangan antara Bukhari dan Az-Zihli, ia bergabung kepada Bukhari, sehingga hal ini menjadi sebab terputusnya hubungan dengan Az-Zihli. Muslim dalam Sahihnya maupun dalam kitab lainnya, tidak memasukkan hadits-hadits yang diterima dari Az-Zihli padahal ia adalah gurunya. Hal serupa ia lakukan terhadap Bukhari. Ia tidak meriwayatkan hadits dalam Sahihnya, yang diterimanya dari Bukhari, padahal iapun sebagai gurunya. Nampaknya pada hemat Muslim, yang lebih baik adalah tidak memasukkan ke dalam Sahihnya hadits-hadits yang diterima dari kedua gurunya itu, dengan tetap mengakui mereka sebagai guru.

Guru-gurunya
Selain yang telah disebutkan di atas, Muslim masih mempunyai banyak ulama yang menjadi gurunya. Di antaranya : Utsman dan Abu Bakar, keduanya putra Abu Syaibah; Syaiban bin Farwakh, Abu Kamil al-Juri, Zuhair bin Harb, Amr an-Naqid, Muhammad bin al-Mutsanna, Muhammad bin Yassar, Harun bin Sa’id al-Ayli, Qutaibah bin Sa’id dan lain sebagainya.

Keahlian dalam Hadits 
Apabila Imam Bukhari merupakan ulama terkemuka di bidang hadits sahih, berpengetahuan luas mengenai ilat-ilat dan seluk beluk hadits, serta tajam kritiknya, maka Imam Muslim adalah orang kedua setelah Imam Bukhari, baik dalam ilmu dan pengetahuannya maupun dalam keutamaan dan kedudukannya.

Imam Muslim banyak menerima pujian dan pengakuan dari para ulama ahli hadits maupun ulama lainnya. Al-Khatib al-Baghdadi berkata, “Muslim telah mengikuti jejak Bukhari, memperhatikan ilmunya dan menempuh jalan yang dilaluinya.”Pernyataan ini tidak berarti bahwa Muslim hanyalah seorang pengekor. Sebab, ia mempunyai ciri khas dan karakteristik tersendiri dalam menyusun kitab, serta metode baru yang belum pernah diperkenalkan orang sebelumnya.

Abu Quraisy al-Hafiz menyatakan bahwa di dunia ini orang yang benar-benar ahli di bidang hadits hanya empat orang; salah satu di antaranya adalah Muslim (Tazkiratul Huffaz, jilid 2, hal. 150). Maksud perkataan tersebut adalah ahli-ahli hadits terkemuka yang hidup di masa Abu Quraisy, sebab ahli hadits itu cukup banyak jumlahnya.

Karya-karya Imam Muslim 
Imam Muslim meninggalkan karya tulis yang tidak sedikit jumlahnya, di antaranya :
1. Al-Jami’ as-Sahih (Sahih Muslim).
2. Al-Musnadul Kabir (kitab yang menerangkan nama-nama para perawi hadits).
3. Kitabul-Asma’ wal-Kuna.
4. Kitab al-’Ilal.
5. Kitabul-Aqran.
6. Kitabu Su’alatihi Ahmad bin Hanbal.
7. Kitabul-Intifa’ bi Uhubis-Siba’.
8. Kitabul-Muhadramin.
9. Kitabu man Laisa lahu illa Rawin Wahid.
10. Kitab Auladis-Sahabah.
11. Kitab Awhamil-Muhadditsin.

Kitab Sahih Muslim 
Di antara kitab-kitab di atas yang paling agung dan sangat bermanfat luas, serta masih tetap beredar hingga kini ialah Al Jami’ as-Sahih, terkenal dengan Sahih Muslim. Kitab ini merupakan salah satu dari dua kitab yang paling sahih dan murni sesudah Kitabullah. Kedua kitab Sahih ini diterima baik oleh segenap umat Islam.

Imam Muslim telah mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meneliti dan mempelajari keadaan para perawi, menyaring hadits-hadits yang diriwayatkan, membandingkan riwayat-riwayat itu satu sama lain. Muslim sangat teliti dan hati-hati dalam menggunakan lafaz-lafaz, dan selalu memberikan isyarat akan adanya perbedaan antara lafaz-lafaz itu. Dengan usaha yang sedemikian rupa, maka lahirlah kitab Sahihnya.

Bukti kongkrit mengenai keagungan kitab itu ialah suatu kenyataan, di mana Muslim menyaring isi kitabnya dari ribuan riwayat yang pernah didengarnya. Diceritakan, bahwa ia pernah berkata: “Aku susun kitab Sahih ini yang disaring dari 300.000 hadits.” Diriwayatkan dari Ahmad bin Salamah, yang berkata : “Aku menulis bersama Muslim untuk menyusun kitab Sahihnya itu selama 15 tahun. Kitab itu berisi 12.000 buah hadits.”

Dalam pada itu, Ibn Shalah menyebutkan dari Abi Quraisy al-Hafiz, bahwa jumlah hadits Sahih Muslim itu sebanyak 4.000 buah hadits. Kedua pendapat tersebut dapat kita kompromikan, yaitu bahwa perhitungan pertama memasukkan hadits-hadits yang berulang-ulang penyebutannya, sedangkan perhitungan kedua hanya menghitung hadits-hadits yang tidak disebutkan berulang.
Imam Muslim berkata di dalam Sahihnya: “Tidak setiap hadits yang sahih menurutku, aku cantumkan di sini, yakni dalam Sahihnya. Aku hanya mencantumkan hadits-hadits yang telah disepakati oleh para ulama hadits.” .

Imam Muslim pernah berkata, sebagai ungkapan gembira atas karunia Tuhan yang diterimanya: “Apabila penduduk bumi ini menulis hadits selama 200 tahun, maka usaha mereka hanya akan berputar-putar di sekitar kitab musnad ini.” 

Ketelitian dan kehati-hatian Muslim terhadap hadits yang diriwayatkan dalam Sahihnya dapat dilihat dari perkataannya sebagai berikut : “Tidaklah aku mencantumkan sesuatu hadits dalam kitabku ini, melainkan dengan alasan; juga tiada aku menggugurkan sesuatu hadits daripadanya melainkan dengan alasan pula.” 

Imam Muslim di dalam penulisan Sahihnya tidak membuat judul setiap bab secara terperinci. Adapun judul-judul kitab dan bab yang kita dapati pada sebagian naskah Sahih Muslim yang sudah dicetak, sebenarnya dibuat oleh para pengulas yang datang kemudian. Di antara pengulas yang paling baik membuatkan judul-judul bab dan sistematika babnya adalah Imam Nawawi dalam Syarahnya.

Imam Muslim wafat pada ahad sore, dan dikebumikan di kampung Nasr Abad, salah satu daerah di luar Naisabur, pada hari Senin, 25 Rajab 261 H. dalam usia 55 tahun.

Rahimahullahu Ta’ala.

(sumber : www.hikayahhati.blogspot.com

 

Contact our Support

Email us: pusatwakaf@yahoo.com

Our Team Members