Pengarang : Herry
Mohammad
Penerbit : Gema
Insani
Kota
Terbit : Depok
Tahun
Terbit : 2008
Edisi : Cet. 1.
Bahasa : Indonesia
Kolasi : 123 hal.ilust.16 cm.
ISBN/ISSN : 978-979-077-084-3
Buku
boleh mungil, tapi isinya sarat dengan konsep dan makna. Itulah kesan pertama
yang terbersit setelah membaca karya Herry Mohammad ini. Konsep dan
praktek-praktek kepemimpinan yang sesuai dengan kiprah Nabi Muhammad SAW
dipadatkan tanpa kehilangan maknanya.
Diawali dengan perbandingan konsep
kepemimpinan umum dengan kepemimpinan menurut Islam, buku ini membeberkan tugas
dan fungsi kepemimpinan dalam tataran praktis. Termasuk di dalamnya apa yang
wajib dan yang sangat terlarang dilakukan seorang pemimpin menurut
kaidah-kaidah yang diwariskan Nabi Muhammad.
Menyinggung soal siapa dan mengapa seseorang
pantas menjadi pemimpin, misalnya. Di sini dipaparkan secara ringkas mengapa
orang zalim, fasik, dan fajir tak perlu diangkat menjadi pemimpin. Yang menarik,
diuraikan pula cara dan tahapan yang beradab untuk melengserkan pemimpin
seperti itu.
Tak
kurang dari 30 butir gagasan yang dikemukakan di sini untuk menggambarkan
secara utuh konsep kepemimpinan menurut Islam. Semua, intinya, bermuara pada
masalah akhlak yang Islami. Terungkap, misalnya, Islam tidak menolak seorang
hamba sahaya atau tunanetra menjadi pemimpin sejauh akhlaknya memang memenuhi
syarat.
Yang
tak kalah penting diketahui, terutama oleh para pemimpin atau calon pemimpin,
adalah paparan soal korupsi, suap, dan hadiah. Tergambar sangat gamblang,
tindak korupsi tidak hanya berisiko sanksi hukum duniawi, melainkan juga aspek
perhitungannya di akhirat kelak. Tegas dan jelas pula dipaparkan soal
suap-menyuap serta sanksinya, berikut perbedaannya dengan hadiah. Walau
sama-sama bermakna pemberian, suap dan hadiah dapat dibedakan dari motif dan
sanksinya di akhirat.
Suap adalah pemberian yang mengandung maksud
tertentu di balik pemberian itu. Penerima dan pemberi suap sama-sama akan
memikul hukuman setimpal di akhirat. Sedangkan hadiah tampaknya masuk dalam
ranah yang abu-abu. Walau demikian, Herry memberi contoh sikap Nabi soal
hadiah: balas dengan pemberian yang sepadan.
(Oleh : Majalah Gatra Edisi 7 Januari 2009)
(Sumber: http://www.dzikir.org/)
0 komentar:
Posting Komentar