Saudariku muslimah…permasalahan ini termasuk masalah yang wajib
dipahami oleh setiap orangtua. Sikap yang diambil tentunya beragam sesuai
dengan kesalahan yang dilakukan anak. Perlu diperhatikan apakah anak memahami
kesalahan itu dan mengetahui dosa dan bahayanya ataukah tidak?
Keutamaan berlemah lembut
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
“Tidaklah kelemahlembutan ada
pada sesuatu kecuali akan menghiasainya dan tidaklah dicabut darinya melainkan
akan memperjeleknya ” (HR. Bukhari 2594 dair ‘Aisyah radhiallahu’anha)
Sabda beliau shallallahu’aaihiw asallam,
“Siapa saja yang dihalangi dari
kelemahlembutan maka dihalangi pula dari kebaikan” (HR. Muslim 2542 dari
Jabir bin Abdullah radhiallahu’anhu)
Juga sabda beliau shallallahu’alaihi wasallam,
“Sungguh orang yang telah diberi
bagian kelembutan berarti ia telah diberi bagian kebikan dunia dan akhirat”
(HR. Ahmad 6/159 dari ‘Aisyah radhiallahu’anha)
Dan beliau bersabda,
“Jika Allah menginginkan
kebaikan bagi sebuah anggota keluarga maka Dia akan memasukkan kelembutan
kepada mereka” (HR. Ahmad 6/71, 6/104-105, hadits shahih)
Sabda beliau,
“Sesungguhnya Allah Maha Lembut
dan mencintai kelembutan.” (HR. Muslim 2593 dari ‘Aisyah secara marfu’)
Nasehat lebih baik daripada
memukul
Selama dalam perbaikan tidak memerlukan pemukulan maka janganlah
memukul. Karena Nabi shallallahu’alaihi wasallam sendiri bila harus memilih
antara dua pilihan maka beliau memilih yang paling mudah selama bukan dosa.
(HR. Bukhari 3560 dan Muslim 2327 dari ‘Aisyah secara marfu’)
Telah diriwayatkan pula bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam
tidak pernah memukul sesuatu dengan tangannya sama sekali, tidak kepada istri
beliau ataupun pembantu beliau. Beliau hanya memukul ketika berperang dijalan
Allah. (HR. Muslim 2328)
Maka kita sebaiknya menggunakan kata-kata nasehat jika ingin
memperbaiki perilaku anak atau dengan menggunakan dorongan dan motivasi. Bila
kata-kata yang baik tidak berpengaruh maka kita gunakan kata-kata yang berisi
teguran dan ancaman sesuai dengan kesalahan anak. Bila juga tidak bermanfaat
maka saatnya memukul. Untuk itu kondisi tabiat anak berbeda-beda.
Diantara mereka ada yang cukup dengan isyarat mata untuk menghukum dan
menegurnya. Isyarat mata ini memberikan pengaruh yang kuat pada dirinya dan
menjadi sebab berhenti dari kesalahan yang ia lakukan. Diantara mereka ada yang
jika Anda membuang muka darinya maka dia segera paham maksud Anda dan berhenti
dari kesalahannya. Diantara mereka ada yang berubah dengan kata-kata baik. Maka
gunakan kata-kata yang baik untuk anak yang seperti ini. Dan diantara mereka
tidak ada yang membuatnya sadar kecuali harus dengan pukulan dan perlakukan
keras. Maka untuk anak tipe seperti inilah kita lakukan pemukulan dan berlaku
keras. Akan tetapi sesuai dengan kebutuhan saja serta tidak menjadikannya
kebiasaan. Seperti halnya seorang dokter yang memberi suntikan kepada pasiennya
walaupun suntikan itu menyakitkan akan tetapi suntikan itu sebatas kadar
penyakitnya saja.
Orangtua diperbolehkan bersikap
keras kepada anak bila anak malas beribadah
Adapun dalil-dalil lainnya yang menunjukkan bolehnya memukul anak bila
diperlukan karena anak tidak taat dalam hal yang ma’ruf atau karena mengabaikan
perintah kebaikan atau berbuat maksiat, dzalim secara terus menerus diantaranya
adalah
• Firman Allah Ta’ala,
“Dan Allah tidak menyukai
kerusakan.” (QS. AL-Baqarah: 205)
• Firman Allah Ta’ala,
“Maka mengapa tidak ada dari
umat-umat sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan melarang dari
mengerjakan kerusakan di bumi. Kecuai sebagian kecil diantara orang-orang yang
telah Kami selamatkan diantara mereka.” (QS. Hud: 16)
Bila kerusakan dan kedzaliman
yang timbul dari ulah si anak tidak dapat hilang kecuali dengan pemukulan maka
saat itu juga dia harus dupukul.
Sabda Nabi shallallahu’alaihi wasallam, “Perintahkanlah anakmu shalat pada usia tujuh tahun dan pukullah dia
karena (meninggalkan)nya pada usia 10 tahun dan pisahkan tempat tidur mereka.”(HR.
Abu Daud no 495 dengan sanad hasan)
Sikap tegas Abdullah bin Umar kepada anaknya Bilal bin Abdullah bin
Umar radhiallahu’anhuma
Dari abdullah bin Umar
radhiallahu’anhuma berkata, Aku mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi
wasallam bersabda, ‘Jangan kamu cegah istrimu kemasjid jika mereka izin
kepadamu keluar menuju kesana.’” Kemudian Bilal bin Abdullah bin Umar berkata,
“Demi Allah aku akan mencegah mereka.” Ibnu Umar menoleh kepadanya lalu mencela
dengan celaan yang belum pernah aku (perowi) dengar sebelumnya dan berkata,
“Aku kabarkan kepadamu hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dan kamu
katakan,’Demi Allah aku akan cegah!.’”
Tatkala melihat kecerdasan dan keunggulan Ikrimah yang saat itu masih
kecil sehingga senang bermain dan lari-lari maka Ibnu Abbas mengikatnya dengan
tali agar mau memperlajari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
Ikrimah berkata, “Ibnu Abbas
pernah merantai kakiku ketika sedang mengajariku Al Qur’an dan Sunnah.” Dalam
riwayat lain, “Ketika sedang mengajariku AlQur’an dan ilmu waris.”
Lantas bagaimana kondisi Ikrimah setelah mendapat hukuman itu? Dia
menjadi salah seorang ulama besar ahli hadits yang banyak meriwayatkan hadits
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dari Ibnu Abbas dan menjadi ahli tafsir
yang handal.
Begitujuga sikap tegas Abu Bakar Ash Shidiq kepada ‘Aisyah
radhiallahu’anhuma. Abu Bakar memukul putrinya karena menyebabkan pasukan
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam tertunda keberangkatannya dan karenanya
sahabat lain mengeluh. Dan kisah lainnya sangatlah banyak sekali untuk
disebutkan.
Larangan memukul wajah
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
“Jika salah seorang diantara
kalian memukul saudaranya maka hendaknya dia menghindari memukul wajah.”
(HR. Muslim 2616 dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu secara marfu’).
***
(Diringkas dari buku “Bagaimana Nabi
shallallahu’alaihi wasallam Mendidik Anak” (Terjemahan dari kitab Tarbiyatul
Aulad), Syaikh Musthafa Al Adawi, Media Hidayah.)
(Sumber:www.muslimah.or.id)
0 komentar:
Posting Komentar