Judul : Kado Istimewa untuk Ayah dan Bunda Mendidik
Anak dari Kandungan hingga Dewasa
Penulis : Dr. Yasir Naser
Penerbit : Wafa Press, Klaten
Tahun Terbit : September, 2013
Halaman : X + 248 halaman
SETIAP orang tua menginginkan anaknya menjadi anak yang
saleh. Sebagai gambaran dari keinginannya tersebut selalu melantunkan doa yang
diajarkan di dalam al-Qur’an, "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami
isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan
Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Furqon: 74).
Cukupkah hanya dengan membaca doa ini saja keinginan bisa tercapai? Atau
seperti apakah sebenarnya memahami keinginan memiliki anak yang saleh lalu
dikaitkan dengan doa tersebut?
Adalah Dr. Yasir Naser di dalam bukunya “ ‘Asyru Rasaail
Likulli Abi wa Ummi” yang diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Kado Istimewa untuk Ayah Bunda:
Mendidik Anak dari Kandungan hingga Dewasa” menjawab pertanyaan tersebut. Di
dalam buku ini, penulis menyatakan bahwa untuk memiliki anak yang saleh tak
cukup hanya dengan melantunkan doa kepada Allah saja. Tapi yang mesti dilakukan
terlebih dahulu adalah, dengan pembentukan diri dari kedua orang tua. Karena
hal ini juga sudah dijelaskan oleh Allah SWT. di dalam al-Qur’an, bahwa tak
akan terjadi perubahan tanpa ada perubahan dari diri sendiri. (QS. Ar-Ra’ad:
11)
Perubahan diri yang dimaksud bukan saja dalam tataran
ibadah, tapi juga dalam tataran komunikasi keseharian di rumah antara suami dan
isteri. Sebelum anak lahir, suami mesti memahami bahwa ia harus menyiapkan diri
untuk membantu isteri mengurus rumah. Ketika anak lahir hingga menjadi menjadi
balita lalu ia melihat kedua orang tuanya akur dan saling membantu, maka ini
akan terekam dalam dirinya untuk menjadi orang yang baik.Demikian halnya dalam
hal ibadah. Ketika anaknya menyaksikan kedua orang tuanya taat dalam beribadah,
maka anak kelak akan menjadi orang yang taat ibadah. (hal. 16-18).
Selain itu, melalui buku ini juga penulis mengkritik keras
perilaku orang tua yang kerap melarang anaknya, tapi ia sendiri tetap melakukan
hal yang dilarang tersebut. Contohnya ketika orang tua melarang menonton
tayangan dewasa di televisi tapi orang tua malah menonton di saat anak sedang
jaga. Demikian hal juga, penulis mengkritik perlakuan orang tua dalam hal
mendidik karakter anak yang diserahkan secara penuh kepada sekolah. (Hal.
15-16)
Buku ini sangat kaya informasi bagi para orang tua yang
ingin mendidik anaknya. Bukan saja dari sisi kajian psikologis, tapi juga dari
sisi kajian Al-Qur’an, hadis dan sejarah juga ikut disertakan oleh penulis.
Misalnya saja, kisah seorang anak yang mengembala 10 ekor kambing, lalu Umar
bin Khattab meminta dan bahkan berniat untuk membelinya. Namun karena bukan
miliknya, anak tersebut tak mau menjualnya. Malah, ia menjawab permintaan Umar
tersebut dengan berkata, “Jika sampai saya melakukannya, di mana Allah?”
Mendengar jawab anak tersebut Umar menangis dan bahagia melihat keteguhan iman
anak tersebut. (hal. 157-158) Tentu saja anak tersebut adalah anak hasil
didikan orang tua yang saleh dan bertauhid kepada Allah.
Buku ini dibagi oleh penulis menjadi 10 bagian yang
diistilahkannya dengan 10 kado. Yaitu, menyambut kelahiran; 30 tips agar anak
hafal al-Qur’an; Tips agar anak gemar shalat; Menumbuhkan jiwa kepemimpinan; 30
ide untuk memanfaatkan masa liburan; Para sahabat dan pendidikan anak; Memilih
teman; Membentuk kepribadian anak; Anak-anak dan bulan Ramadhan; Agar anak
senang berjilbab. Buku ini layak dimiliki oleh para orang tua, agar bisa
mendidik anaknya menjadi anak yang saleh. Pasalnya tidak ada yang lebih
berharga selain anak yang saleh yang kelak akan mendoakan orang tuanya selalu,
baik saat masih hidup maupun telah tiada. Selamat membaca! (*)
Peresensi: Rahmat
Hidayat Nasution, Anggota Komisi Infokom MUI Kota Medan
Sumber :
http://analisadaily.com/
0 komentar:
Posting Komentar