Bismillaahirrahmaanirrahiim
Sobat Peduli yang dirahmati Allah
Perpustakaan Bintang adalah salah satu program yang saat ini
sedang dikelola dan dikembangkan oleh Pusat Zakat. Dia masuk ranah ‘Edu-care’
(Pendidikan), bersama dengan program `Beasiswa Anak Mandiri`.
Perpustakaan tersebut saat ini `bukanlah siapa-siapa`. Atau
bahkan mungkin kurang layak untuk sekedar diceritakan. Koleksi buku
Perpustakaan Bintang baru di kisaran angka 15.000 buah. Masih sangat sedikit.
Bangunan untuk menampungnya –agar layak untuk disebut sebagai
perpustakaanpun—saat ini belum mampu disiapkan.
Semua buku yang menjadi koleksi Perpustakaan Bintang sementara
ini disimpan di gudang khusus, meskipun tentu saja tetap dikelola dan dirawat
dengan baik dan optimal sesuai standar lembaga. Kondisi ini membuatnya belum
bisa maksimal memberikan pelayanan bagi ummat.
Bentuk pelayanan yang bisa diselenggarakan oleh Perpustakaan
Bintang dalam kondisi sekarang adalah ‘Perpustakaan Rumah Anak Mandiri’ dan
‘Perpustakaan Keliling’ dalam bentuknya yang sangat sederhana. Perpustakaan
rumah anak mandiri merupakan penempatan buku-buku di rumah-rumah anak-anak
yatim dan dhuafa sebagai anak asuh Pusat Zakat yang sebelumnya telah ditetapkan
sebagai penerima manfaat program ini. Kepada mereka secara rutin dilakukan
pendampingan untuk keperluan optimalisasi pemanfaatan buku-buku tersebut.
Status buku-buku itu adalah dipinjamkan. Sesuai dengan standar pelayanan
setelah berusia tiga bulan buku-buku tersebut akan ditarik oleh team
penyaluran, dan diganti dengan buku-buku yang baru dengan judul yang berbeda.
Sementara itu perpustakaan keliling dalam bentuknya yang sangat
sederhana, diselenggarakan untuk masuk ke pusat-pusat pemberdayaan yang belum
terlayani oleh program perpustakaan rumah anak mandiri. Dalam hal ini terutama
untuk pusat pemberdayaan Tanjungsari di Gunung Kidul.
Sobat Peduli yang dirahmati Allah,
Terlepas dari kondisinya sekarang, Perpustakaan Bintang
sesungguhnya adalah aset ummat. Perpustakaan ini oleh Pusat Zakat dibangun dan
dikembangkan menggunakan zakat, infak dan wakaf. Luar biasanya aset ini bersifat
akumulatif, tidak cepat habis dan justru bisa terus berkembang. Sebuah buku
ketika selesai dibaca tentu saja tidak langsung habis, tetapi bisa dibaca juga
oleh orang-orang dan bahkan generasi sesudahnya. Berbeda dengan sembako yang
diberikan kepada seseorang dimana ketika dimakan maka hanya dia sendiri yang
bisa menikmatinya dan tidak bisa turut dinikmati oleh orang berikutnya apalagi
generasi sesudahnya.
Sebagai aset ummat layaklah jika ummat bersama-sama turut
membangunnya, ummat bersama-sama memanfaatkannya untuk kemajuan, dan ummat
bersama-sama juga mengembangkannya agar semakin besar dan bisa memberi manfaat
semakin luas.
Sebuah garis tebal perlu dibuat untuk kalimat terakhir;
Perpustakaan Bintang bisa dibuat bersama-sama agar menjadi besar dan semakin
besar. Bukan semata-mata agar memiliki peran penting untuk seluas-luasnya
memberi kontribusi untuk membangun kemajuan, melainkan juga agar dapat menjadi
salah satu simbol bentuk kebanggaan bersama.
Hingga saat ini ummat Islam seolah hanya dikenal dengan berbagai
ketertinggalan, kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangannya. Tidak ada rasa
bangga sebagai orang Islam. Padahal ummat ini memiliki potensi yang sangat
besar untuk bisa bangkit dan maju. Potensi inilah yang perlu disinergikan agar
menjadi kekuatan besar untuk membangun kebanggaan bersama. Betapa indah bila
kekuatan besar itu bisa diwujudkan untuk membesarkan Perpustakaan Bintang agar
bisa menjadi salah satu satu simbol kebangaan bersama.(*)
0 komentar:
Posting Komentar